Semarang,- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jawa Tengah menyatakan daerah Jateng bagian selatan berpotensi rawan gempa karena merupakan jalur gempa tektonik.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Jateng Evi Luthfiati, di Semarang, Kamis, mengatakan jalur gempa tersebut merupakan pertemuan lempeng tektonik Indo Australia. Evi menjelaskan, ada tiga faktor untuk memprediksi gempa, yakni di mana daerah yang merupakan jalur gempa.
Di Jateng daerah yang menjadi jalur gempa yakni di daerah Cilacap, Kebumen bagian selatan, Purworejo, Klaten, dan Yogyakarta bagian selatan. Kemudian faktor berapa kekuatan gempa di pusat gempa dengan ukuran skala richter (SR) dan yang berpotensi menyebabkan kerusakan adalah yang berkisar lebih dari 6 SR.
"Faktor ketiga adalah kapan gempa terjadi. Untuk kapan, sampai sekarang belum ada yang bisa memastikan, negara maju pun belum dapat mendeteksinya. Ini seperti meninggal dunia. Semua orang pasti mati, akan tetapi belum tahu kapan akan mati," katanya.
Akibat belum dapat diketahui waktunya tersebut, lanjut Evi, masyarakat harus selalu waspada terutama yang tinggal di daerah yang berada di jalur gempa.
Ia menjelaskan, jika saat gempa pusat patahan vertikal seperti di Nanggroe Aceh Darussalam maka sangat berbahaya karena perpotensi tsunami berbeda jika patahannya horisontal. "Syarat terjadi tsunami adalah pusat gempa terjadi di kedalaman dangkal atau di bawah 60 km, kekuatan gempa lebih dari 6 SR, dan patahannya vertikal," katanya.
Pada saat terjadi gempa di Padang, lanjut Evi, dampaknya parah karena lokasi pusat gempa hanya berkisar 57 km barat daya dari Padang Pariaman. "Di Tasikmalaya kondisinya lebih ringan karena berada 138 km dari pusat gempa," katanya.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Jateng Evi Luthfiati, di Semarang, Kamis, mengatakan jalur gempa tersebut merupakan pertemuan lempeng tektonik Indo Australia. Evi menjelaskan, ada tiga faktor untuk memprediksi gempa, yakni di mana daerah yang merupakan jalur gempa.
Di Jateng daerah yang menjadi jalur gempa yakni di daerah Cilacap, Kebumen bagian selatan, Purworejo, Klaten, dan Yogyakarta bagian selatan. Kemudian faktor berapa kekuatan gempa di pusat gempa dengan ukuran skala richter (SR) dan yang berpotensi menyebabkan kerusakan adalah yang berkisar lebih dari 6 SR.
"Faktor ketiga adalah kapan gempa terjadi. Untuk kapan, sampai sekarang belum ada yang bisa memastikan, negara maju pun belum dapat mendeteksinya. Ini seperti meninggal dunia. Semua orang pasti mati, akan tetapi belum tahu kapan akan mati," katanya.
Akibat belum dapat diketahui waktunya tersebut, lanjut Evi, masyarakat harus selalu waspada terutama yang tinggal di daerah yang berada di jalur gempa.
Ia menjelaskan, jika saat gempa pusat patahan vertikal seperti di Nanggroe Aceh Darussalam maka sangat berbahaya karena perpotensi tsunami berbeda jika patahannya horisontal. "Syarat terjadi tsunami adalah pusat gempa terjadi di kedalaman dangkal atau di bawah 60 km, kekuatan gempa lebih dari 6 SR, dan patahannya vertikal," katanya.
Pada saat terjadi gempa di Padang, lanjut Evi, dampaknya parah karena lokasi pusat gempa hanya berkisar 57 km barat daya dari Padang Pariaman. "Di Tasikmalaya kondisinya lebih ringan karena berada 138 km dari pusat gempa," katanya.
0 komentar:
Posting Komentar