"Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu yang merubahnya"
Janganlah kita terpaku dengan kata TAKDIR, karena sesuatu hal yang mengiringi kehidupan seseorang bisa dirubah. Tentu saja perubahan itu bisa dilakukan kalau seseorang melandasinya dengan keyakinan. Yakin kalau diri kita itu bisa. Bagaimana kita mendapatkan suatu perubahan kalau dalam diri kita diselimuti rasa yang tak yakin (pesimis) ?
Berikut gambaran satu kisah nyata :
Awaludin, seorang pengusaha jasa angkutan. Dari penghasilannya sehari-hari, belum bisa dibilang cukup untuk menopang kebutuhan hidup keluarganya. Apalagi untuk mewujudkan impian memilki rumah, rasanya masih jauh dari angan-angan. Awaludin terjerat dalam perjudian, yang membawanya semakin dalam terjerumus dalam hutang. Hal ini membuat hubungan dalam keluarganya menjadi semakin retak.
Sementara ini penghasilan istri lebih besar dari penghasilannya. Sehingga menambah masalah yang berujung percekcokan. Cekcok dengan istri hampir menjadi makanan setiap hari. Pada puncak percekcokkan keluarganya, Awaludin dicakar oleh istrinya hingga mukanya terkoyak. Semakin lama istrinya beranggapan bahwa Awaludin seorang suami yang tidak dapat diandalkan. Anggapan itu semakin sering terlontar dari mulut istrinya. Awaludin merasa mengapa begini amat nasibnya ? dapatkah semua ini berubah ?. Akhirnya Awaludin mengambil keputusan keluar dari rumah.
Dalam kegundahan hatinya, Awaludin teringat akan buku tentang Mukjizat bersedekah yang pernah dibacanya. Juga teringat akan ceramah dari Ustad Jusuf Mansur tentang kedahsyatan bersedekah. Hal ini menuntun ia pergi ke sebuah pondok pesantren. Dalam pondok pesantren Awaludin diterima bahkan dipercaya menjadi pengurus para santri. Di dalam pondok pesantren Awaludin mendapat gaji Rp 600.000, /bulan. Selama 6 (enam) bulan di pesantren ia mulai mengamalkan sebagian gajinya untuk bersedekah sebesar Rp40.000, /bulan.
Terasa lama sudah tak berjumpa dengan anak istrinya Awaludin merasa rindu. Awaludin nakhirnya pulang walau masih diliputi perasaan akankah istri dan anaknya mau menerima.
Sampai dirumah tak disangka istri dan anaknya malah menyambutnya dengan hangat.
Keretakan rumah tangga kini pulih. Awaludin merasa yakin bahwa ini bukan merupakan suatu kebetulan. Tapi ini berkat ia menyisihkan sebagian rizqinya untuk bersedekah. Tak lama kemudian Awaludin kembali ke pondok pesantren. Selama 10 (sepuluh) bulan ia menyedekahkan Rp 550.000, dari gajinya Rp 600.000, . Maha benar Allah dari segala FirmanNya, tanpa disangka sangka dari mana asalnya Awaludin mendapatkan rizqi yang dapat mewujudkan impianya membeli rumah seharga Rp 55.000.o00,
Akhir kisah Awaludin berkumpul dalam kebahagiaan bersama keluarga di rumah barunya.
Begitu dahsyat mukjizat bersedekah.
SAMPAI JUMPA PADA KESAKSIAN BERIKUTNYA !!!
September 05, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)





0 komentar:
Posting Komentar