Bagian II

Pengunjung yang terhormat,

Sebagai penulis artikel tentang liku-liku kehidupan bagian I, tentu saya mengharap artikel tersebut dapat menjadikan pengingat sekaligus menjadikan penyejuk bak air murni pegunungan yang menyirami tanaman iman. Sehingga iman tersebut dapat kian tumbuh menjadi subur, lebat dan kuat. Karena saya yakin setiap diri seseorang yang mengaku muslim sudah barang tentu memiliki iman. Tapi kalau iman dalam diri kita, kita biarkan saja tanpa adanya siraman-siraman rohani. Maka niscaya iman tersebut akan menjadi sirna bahkan bukan tidak mungkin menjadi sebaliknya. Maka disinilah harapan kepada diri saya khususnya, walaupun hanya sekedar menulis. Sangatlah besar manfaatnya bagi saya, yang sekaligus dapat menjadikan alat pengingat diri saya kepada sang Khaliq.

Pada bagian II ini, saya ingin mengajak para pengunjung untuk mengkaji bersama-sama. Bisakah kita menyikapi liku-liku kehidupan yang sangat pelik ini dengan baik ? Banyak sekali kesaksian hidup dari orang-orang bahkan teman dekat saya mengatakan "BISA". Maksudnya bisa menyikapi, mengatasi masalah-masalah tentang peliknya kehidupan ini dengan tanpa masalah. Bahkan sekaligus insyaallah bukan hanya masalah duniawi saja yang teratasi, tetapi juga akherat.
Tidak bisa di kita pungkiri bahwa memang hidup dunia banyak sekali masalah. Itulah yang saya katakan pada bagian I, masalah-masalah itulah yang dinamakan ujian. Bagaimana cara mengatasi masalah tanpa masalah ? Bersedekahlah dengan ikhlas ! mengapa bersedekah ? karena rizqi yang diberikan oleh Allah kepada kita sebagian milik orang lain. Maka berikanlah hak mereka dengan ikhlas.
KESAKSIAN seorang sahabat saya, dia seorang perantau yang kehidupannya selalu bekerja serabutan di ibu kota. Suatu ketika menjelang lebaran tiba. Seperti biasa orang-orang perantau seperti sahabat saya itu pulang kampung. Mungkian sudah menjadi tradisi ngumpul bareng bersama keluarga saat lebaran. Waktu itu lebaran kurang 1 minggu, sahabat saya itu berkunjung ke rumah saya. Wajahnya kelihatan tidak seperti biasanya. Dengan raut muka yang memelas, memohon kepada saya " tolong aku pinjam uang sedikit saja untuk ongkos pulang kampung" katanya. Karena memang kebetulan ada, saya kasih yang dia minta. Tidak banyak cuma Rp500.000, "mas ini kebetulan aku ada rejeki sedikit, ini sekedar buat ongkos pulang tidak usah dikembalikan. Ringkas cerita, 2 minggu setelah lebaran sahabat saya itu berkunjung ke rumah saya lagi dengan wajah yang berbeda. Tampak sekali bahwa dia dalam keadaan bahagia. Dalam kunjungannya sahabat saya ini bercerita bahwa sepulang dari rumah saya yang lalu mengalami peristiwa yang luar biasa katanya : " Sepulang dari sini waktu itu, aku mendapat rejeki yang tidak pernah aku sangka-sangka mas. Tidak sedikit, bahkan sangat banyak menurut saya. Cukup untuk ongkos pp pulang kampung, bahkan bisa untuk belenja keperluan lebaran. Ceritanya uang dari mas waktu itu yang tadinya mau saya buat ongkos pulang kampung saya berikan semua keteman saya, katanya untuk keperluan berobat anaknya yang sedang sakit. Setelah itu 3 hari menjelag lebaran, dalam kebingunganku mau kemana lagi mencari pinjaman uang untuk ongkos pulang kampung. Aku pergi dari rumah kontrakanku tanpa tujuan. Dalam perjalanan aku dihampiri seseorang yang turun dari mobil sedan mewah. Ingat-ingat lupa sepertinya aku pernah mengenalnya. Orang itu juga seakan ragu mau bertanya. Tak lama kemudian, mas ....... ya ? dia menyebut namaku. Saya jawab ya sambil mengangguk. Lupa ya ? saya Harto mas. Seketika itu saya jadi ingat. Lalu saya dipaksanya untuk naik mobil. Di dalam perjalan, Harto mulai bercerita tentang riwayatnya dulu hingga menjadi sukses. Sampai di suatu tempat yang tak pernah aku bayangkan, aku diajak masuk. Rumahnya di bilang, tapi menurut saya itu istana. Setelah di jamu saya diberi sebuah amplop tebal warna coklat berlogokan sebuah bank. Semula aku menolak tak bisa terima. Tapi karena dia memaksa akhirnya aku terima juga.
Aku terus bergegas pulang ke rumah kontrakan dan langsung membuka isi amplop itu. Ya Allah terimakasih, seakan tak percaya isi amplop itu banyak sekali. Seumur hidupku belum pernah memegang uang sebanyak itu.
Begitu cerita kesaksian sahabat saya yang tidak mau saya sebutkan namanya dalam artikel ini.
Buat saya itu bukan merupakan kebetulan peristiwa seperti itu. Tapi itu merupakan buah dari hasil perbuatan amal yang dilandasi dengan keikhlasan.
Di dunia mendapatkan balasan, insyaallah akheratpun mendapat ganjaran. Dari cerita kesaksian tersebut mudah-mudahan pengunjung dapat mengambil hikmahnya. Bahwa beramal itu bisa mengatasi masalah tanpa masalah. Beramal tidak harus dengan harta, bahkan tersenyum kepada orang lainpun sudah merupakan amal. Rizqi juga bukan hanya berupa materi, tetapi kesehatan juga rizqi yang takternilai besarnya yang dianugrahkan Allah kepada kita.
Sebagai penulis artikel ini, saya mengajak diri pribadi saya khususnya juga kepada para pengunjung blog saya ini pada umumnya. Marilah mengatasi masalah dengan tanpa masalah dengan perbanyak amal dan bersedekah.
SAMPAI JUMPA DI KESAKSIAN BERIKUT.